Gerakan Keagamaan dalam Agama Hindu
Dipengaruhi Kristen
Oleh:
Lailatul Fawaidah (1111032100053)
I.
PENDAHULUAN
Arya Samaj adalah sebuah gerakan reformasi
Hindu modern yang didirikan oleh Swami Dayananda Sarasvati, pada tahun 1875. Arya Samaj atau masyarakat Arya,
menjadi kuat ketika berada di
Punjab,cabangnya di Mumbay (d/h Bombay) yang di dirikan pada tahun1876, mengikuti model Brahmo Samaj (Masyarakat Tuhan) yang didirikan oleh Ram Mohan Roy dan Debendranath Tagore. Penyatuan kedua
gerakan ini tidak berhasil karena keyakinan Swami Dayananda Saravati atas
kebenaran mutlak dari Weda, sementara Brahmo Samaj mengambil sebagian ajarannya
dari agama Kristen, Para pengikut Arya Samaj menentang pemujaan murti atau
patung, serta ingin menyederhanakan ritual Hindu. Interpretasi Swami
Dayananda Sarasvati atas Weda ditemukan dalam bukunya berjudul "Vedabhasya"[1].
Para pengikut Arya Samaj tidak mentoleransi pemisahan berdasarkan kasta dalam
masyarakat Hindu. Mereka memperkenalkan ide baru untuk mengkonversi orang-orang
dari agama lain kedalam agama Hindu, terutama orang-orang Hindu yang sebelumnya
beralih ke agama lain (rekonversi). Arya Samaj melakukan karya-karya yang tak
ternilai harganya dalam melenyapkan ketidak adilan sosial. Arya Samaj dewasa
ini menjadi gerakan global yang bekerja di seluruh dunia.[2]
II.
SITUASI SOSIAL POLITIK, KEAGAMAAN INDIA DENGAN MASUKNYA
INGGRIS PADA ABAD KE-18-19
Pada tahun 1498, seorang berbangsa Portugis, Vasco
dan Gama mendarat di pantai Kerala dan berhasil menanamkan pengaruh portugis di
Goa pada tahun1510. Mengingat Portugis tidak memiliki sumber daya yang
mencukupi untuk mempertahankan daerah jajahanya, maka kekuasaannya
berangsur-angsur digantikan oleh bangsa Eropa lainnya, yaitu Ingris. Spanyol,
Belanda dan Perancis. Inggris mulai memasuki India melalui British East
India Company dan berhasil mambuka pelabuhan-pelabuhan dagang di Madras
(1640), Bombay / Mombai (1668) dan Calcutta (1690).
Kekuasaan Inggris yang semula lebih bersifat
dagang, kamudian mulai melakukan penguasaan secara fisik dan politis, mencapai
puncaknya dalam pertempuran Buxar pada tahun 1756 melawan para raja India.
Kemenangan dalam pertempuran tersebut memberikan Inggris kekuasaan atas daerah-daerah
Benggala, Bhar, dan Orissa yang kemudian dalam waktu kurang dari setengah abad
disusul dengan kekuasaan atas bagian-bagian lain India.[3]
Pada tahun 1842, pemerintahan Inggris mengambil
alih kekuasaan atas India dari British East India Company dan dengan
demikian secara mutlak menancapkan kekuasaaanya atas India. Inggris selanjutnya
menempatkan seorang gubernur Jenderal di India sebagai wakil mahkota dan
pemerintahan.
Perlawanan terhadap penjajahan Inggris diawali pada
akhir abad ke-19 atau sekitar Tahun
1.754-1905 M. orang-orang Inggris datang ke India untuk mengawali penjajahan
yang di mulai dari kota Delhi, dan di akhiri sampai Tahun 1947 M. melalui
penjajahan ini, mereka juga membawa dan menyebarkan Agama Kristen melalui
misioneris-misioneris, di samping itu juga mereka menyebarkan kebudayaan Barat.
Misioneris
datang dalam jumlah yang besar terjadi
pada Tahun 1813 M. dimana para misioneris ini Mendiskreditkan[4]agama
Hindu dan berusaha mengkonversi[5]
orang-orang Hindu untuk masuk Kristen, dengan cara mendirikan sekolah-sekolah,
rumah sakit dan pusat pelayanan umum lainya dengan
bantuan pemerintah Inggris, dan upaya ini berhasil menarik simpati orang hindu,
terutama dari kasta Pariah (lower caste) untuk berpindah agama. Sehingga ini
menjadi tantangan yang sangat berat bagi agama dan kebudayaan hindu.
Untuk
melawan propaganda Kristen tersebut maka para cendekiawan hindu yang telah
menyelesaikan studinya di luar negeri mulai melakukan reformasi ajaran agama
Hindu, peristiwa itu terjadi antara Tahun 1850-1950M. golongan cendekiawan dan
sarjana-sarjana yang melakukan reformasi ini yang paling utama adalah yang
belajar di Inggris dan Negara-negara Eropa
lainya.
Mereka ingin memberikan pengertian yang
benar dan sejati mengenai agama Hindu dengan jalan menafsirkan agama Hindu
secara modern, dan penafsiran itu berdasarkan atas logika dan reosionalitas
serta mengajarkan prinsip-prinsip dan dasar-dasar agama hindu yang praktis dan
modern sekaligus membangun kehidupan social sesuai dengan zaman modern.
Gerakan
golongan rasional ini muncul secara serentak, terutama di India Timur yang
berpusat di Kalkuta. Ini merupakan gerakan yang radikal dengan merombak agama
Hindu sedemikian rupa. Mereka juga memasukan ajaran-ajaran yang baik dari agama
Kristen, Islam, Buddha, Zoroaster, dan lain-lain menjadi
ajaran agama Hindu (Upanisadic thought), sehingga agama Hindu menjadi lebih modern
dan maju (Mahajan,1990:641-643;Rajeev, 1990:36). Kaum rasional ini mengajarkan
nilai-nilai universal dari Hindu, mengajarkan
Hindu sebagai “way of life” (jalan hidup); menolak dogma-dogma agama dan
takhayul; pemikiran yang bebas dan toleran, serta mengedepankan logika dan
rasio.
Periodisasi zaman Gerakan Hindu Modern (Neo Hinduism) (Narang, 1969:87) di India pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua yatu gerakan yang muncul sebelum India merdeka (pre Indian Independence) dan gerakan muncul setelah India merdeka (Post Indian Independence). Namun demikian, berdasarkan pokok-pokok ajarannya gerakan ini dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu golongan reformis (pembaharuan Hindu) dan golongan revivalis (kebangkitan kembali Hindu) (Grover, 1998:382). Pemimpin gerakan reformasi yang terkenal adalah Raja Ram Mohan Roy, Mahatma Gandhi, Dewemdranath Tagore, dan lain-lain. Pemimpin-pemimpin gerakan revivalis adalah Swami Dayananda Saraswai, Ramakrishna Paramahamsa, Swami Wiwekananda, dan lain-lain.[6] Untuk mencapai tujuan tertinggi orang tidak perlu beralih agama
Bersamaan dengan berlangsungnya gerakan Hindu Modern di India, rupanya juga terjadi gerakan kebangkitan agama Buddha (Narang, 1969:98). Seperti diketahui bahwa pada sekitar abad ke-14 Masehi, agama Buddha hampir sama sekali lenyap di India. Dr. B. R. Ambedkar (1.891 – 1.956 M), seorang sarjana hukum dari kasta Pariah (di luar catur warna) adalah pelopor pendiri gerakan Neo-Buddhisme di India. Gerakan B.R. Ambedkar ini dimulai dari Maharasta (Grover, 1998:402). Dari sini Ambedkar menyebarkan ajaran- ajaran barunya yang disebut Agama Buddha Baru atau Neo-Buddhisme ke seluruh India. Pada tahon lima piluhan, ia sudah mendapat pengikut lebih dari tiga puluh juta, terutama dari golongan Pariah atau orang-orang yang tidak boleh disentuh (untouchability). Ajaran-ajaran Neo-Buddhisme ini mengambil ajaran-ajarn dari agama Buddha Hinayana (Rajeev, 1990-66; Grover, 1998:402).
Periodisasi zaman Gerakan Hindu Modern (Neo Hinduism) (Narang, 1969:87) di India pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua yatu gerakan yang muncul sebelum India merdeka (pre Indian Independence) dan gerakan muncul setelah India merdeka (Post Indian Independence). Namun demikian, berdasarkan pokok-pokok ajarannya gerakan ini dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu golongan reformis (pembaharuan Hindu) dan golongan revivalis (kebangkitan kembali Hindu) (Grover, 1998:382). Pemimpin gerakan reformasi yang terkenal adalah Raja Ram Mohan Roy, Mahatma Gandhi, Dewemdranath Tagore, dan lain-lain. Pemimpin-pemimpin gerakan revivalis adalah Swami Dayananda Saraswai, Ramakrishna Paramahamsa, Swami Wiwekananda, dan lain-lain.[6] Untuk mencapai tujuan tertinggi orang tidak perlu beralih agama
Bersamaan dengan berlangsungnya gerakan Hindu Modern di India, rupanya juga terjadi gerakan kebangkitan agama Buddha (Narang, 1969:98). Seperti diketahui bahwa pada sekitar abad ke-14 Masehi, agama Buddha hampir sama sekali lenyap di India. Dr. B. R. Ambedkar (1.891 – 1.956 M), seorang sarjana hukum dari kasta Pariah (di luar catur warna) adalah pelopor pendiri gerakan Neo-Buddhisme di India. Gerakan B.R. Ambedkar ini dimulai dari Maharasta (Grover, 1998:402). Dari sini Ambedkar menyebarkan ajaran- ajaran barunya yang disebut Agama Buddha Baru atau Neo-Buddhisme ke seluruh India. Pada tahon lima piluhan, ia sudah mendapat pengikut lebih dari tiga puluh juta, terutama dari golongan Pariah atau orang-orang yang tidak boleh disentuh (untouchability). Ajaran-ajaran Neo-Buddhisme ini mengambil ajaran-ajarn dari agama Buddha Hinayana (Rajeev, 1990-66; Grover, 1998:402).
Meskipun gerakan reformasi ini tampak berkembang pada zaman ini, tetapi
sesungguhnya juga muncul penentangan dari kelompok Brahmanisme ortodoks. Salah
satunya adalah gerakan Hindu Ortodoks yang dipimpin oleh Raja Radakant Deb yang
disebut Gerakan Dharma Sabha (Dharma Sabha Movement) pada tahun 1.850 Masehi.
Gerakan ini murni dilakukan untuk menentang ajaran agama Hindu dari kelompok
reformis dan revivalis (Grover, 1998:384). Berikutnya juga, muncul gerakan
Hindu Ortodoks lainnya. Gerakan ini selain menentang ajaran kelompok reformis
dan revivalis, juga aktif dalam gerakan politik menentang penjajahan Inggris
menjelang India merdeka.[7]
III.
ASAL
- USUL
ARYA
SAMAJ
Pengaruh kebudayaan Barat memberikan dampak menentukan bagi Hinduisme. Walaupun Hinduisme
popular dan tradisional tetap menguasai masyarakat umum, namun orang-orang terpelajar sangat – sangat
dipengaruhi oleh ide-ide baru yang
datang dari Barat. Rasionalisme dan Positivisme cukup memikat pikiran orang-orang
yang tidak puas dengan Hinduisme tradisional. Berbagai gerakan reformasi dimulai, dimana Brahmo-Samaj, Arya-Samaj,dan
Ramakrisna Mission merupakan
gerakan yang paling penting. Secara umum dapat dikatakan bahwa hubungan
dengan Barat telah membuat
penganut Hinduisme lebih sadar akan keniscayaan untuk menjaga nilai-nilai
tradisional Hinduisme, walaupun mereka harus menyesuaikan diri dengan melintas modern.
Masuknya
orang-orang Inggris sebagai penjajah membuat Hinduisme memenghadapi situasi
yang berbeda secara kualitatif, serta mengurangi kekuatan Islam, namun
Hinduisme harus menghadap sebuah kekuatan
baru, yakni agama Kristen. Pada saat yang sama, Hinduisme dihadapkan
dengan sebuah ancaman baru, yakni: sain,
sekularisme dan humanisme. Justru melalui inisiatif orang-orang Barat,
pengetahuan tentang Hinduisme ditemukan kembali dan termasuk studi atas kitab Weda.
Dampak bagi pengikut Hinduisme tampak dari pernyataan orang seorang tokoh nasionalis seperti Swami
Vivekananda bahwa Max Muller yang
mengedit Rig-Weda dimasa modern mungkin adalah reinkarnasi dari Sayana di masa kerajaan Vijayanegara.
Walaupun
ada sejumlah unsur yang dipertimbangkan untuk menjelaskan kebangkitan kembali
Hinduisme setelah tahun 1800, namun dari
sisi Hinduisme sebagai system religious, orang harus mengenali peran Weda dalam
proses tersebut. Pada masa reformasi
awal, justru isu tentang Weda dan otoritas Weda muncul kembali kepermukaan.
Tokoh reformasi Hindu pertama adalah Raja Rammohun
Roy berusaha untuk membenarkan monoteisme yang berbasis Vedanta. Sekitar 1830,
dia mendirikan gerakan Brahmo Samaj
di wilayah Bengal untuk melanjutkan perjuanganya. Kemudian di akhir abad
ke-19, Swami Dayananda Saravati mendirikan gerakan Arya Samaj di Bombay, memperkuat keabsolutanWeda
yang telah dicetuskan oleh gerakan Brahma Samaj.
Menjelang akhir abad
ke-19 dan awal abad ke-20, perkembangan Hinduisme mengalami sebuah proses pembalikan. Pada perkembangan sebelumnya, tradisi Hinduisme memperkeras posisinya untuk mempertahankan otoritas Weda karena di bawa tekanan Buddhisme, Jainisme dan Materialisme. Di masa modern, walaupun Hinduisme sekali lagi mendapat tekanan dari sumber Kristiani yang rasional, modernis, dan reformis,
Hinduisme tidak bereaksi dengan cara yang sama. Hinduisme sekarang meninggikan
religious di atas otoritas
religious dan tidak lagi terikat pada otoritas Weda. Sri Ramakrisna kadang kala melakukan penolakan terhadap
Weda dan hanya menggunakanya sebagai simbul. Kemudian Swani Vivekananda
juga pada saat tertentu meremehkan otorita Hindu berkata: “Jika saya
mengutip sebuah teks dari Weda dan memberikan arti yang tidak masuk akal… maka
semua orang bodoh akan mengikuti saya”. Dia tidak ragu untuk mengatakan ini
dalam ceramah-ceramahnya.[8]
IV.
PENYEBAB TIDAK BERHASILNYA MENGGESER DOMINASI HINDUISME
1.
Hinduisme
adalah agama yang Inklusif[9] (mampu menyerap & memasukkan agama mana
saja kedalam sistemnya
2.
Masyarakat
India sendiri cukup betah dengan
sistem kasta : lapisan bawah (sudra, paria) menerima statusnya sebagai bagian dari takdir ilahi (karma;
samsara), yang hanya bersifat sementara, menunggu atman bertemu dengan brahman,
baik lewat proses samadi maupun lewat kematian
( roh manusia mencapai nirwana)
3.
Sementara gereja lebih menampilkan wajah barat berdasarka
keyakinan bahwa India dapat dibebaskan
dari belenggu kemiskinan dan penderitaan jasmani dan rohani bika mereka
semua di-Kristenkan dan di- Baratkan.[10]
V.
SLOGAN
ARYA
SAMAJ
Slogan Arya Samaj adalah “ kembali kepada Weda ”
dengan tekanan pada usahanya untuk membuktikan bahwa segala hasil perkembangan ilmu pengetahuan modern pada dasarnya telah terdapat dalam kitab-kitab Weda.[11]
VI.
TUJUAN
ARYA SAMAJ
Tujuan Arya Samaj adalah untuk memperbaharui Agama
Hindu supaya dapat bersaing dengan agama-agama yang lain dan bagaimana dapat mengadakan sintese antara yang
kuna dan yang baru,
antaraTimur dan
Barat, agar orang
dapat memberikan jaminan akan keagungan akal dan roh
India. Menyebarkan faham keesaan Tuhan dengan berlandaskan kitab suci Hindu yaitu
Veda.
Mereka berpendapat bahwa masyarakat modern dapat diatur dan diselenggarakan dengan
Veda. Veda dianggap sebagai sumber kebenaran.[12]
VII.
TOKOH-TOKOH ARYA SAMAJ
a.
Swami Dayananda Saraswati
Gerakan Arya Samaj didirikan Oleh Swami Dayananda Saraswati
pada (1824-1884), Swami Dayananda Sarasvati lahir pada 12 februari, 1824 di
Tankara, dekat Morbi di Kathiyawad wilayah (kabupaten Rajkot) dari Gujarat.
Ketika
ia lahir, ibunya Padiben tidak suka melihat dia. Dia memberinya kepada ayahnya
dan berkata, "Ini bukan anakku" Karena dia lahir di bawah nakshatra
mul. Nama asli Swami Dayanand Saraswati adalah Mool Shankar Tiwari. Ia
dilahirkan dalam keluarga kaya Brahmana.
Sebagai
seorang anak, Dayananda dibesarkan di bawah kekuasaan Brahmana ketat, dan pada
usia delapan dia diinvestasikan dengan Thread Suci (Upanayna). Ketika ia
berusia empat belas ayahnya membawanya ke kuil pada kesempatan Shivaratri.
Dayananda harus cepat dan tetap terjaga
sepanjang malam dalam ketaatan kepada Tuhan Shiva. Di malam hari ia melihat
tikus menggigit persembahan kepada Tuhan dan berjalan di atas tubuh Siwa. Dia
mencoba untuk mencari tahu mengapa hal ini dari para tetua "Allah
SWT" tidak bisa membela diri terhadap ancaman dari tikus kecil, yang ia
ditegur. Insiden ini membuat hancur iman
Daya Nanda Saraswati dalam penyembahan berhala dan setelah itu ia menolak untuk
berpartisipasi dalam ritual keagamaan untuk sisa kematian life. Di awal remaja dia akan menikah, seperti yang
umum di abad kesembilan belas India, namun ia memutuskan menikah bukan karena
dia dan pada tahun 1846 lari dari rumah.
Pada
usia sembilan belas Dayananda Saraswati lari dari rumah untuk melarikan diri
dari pernikahan paksa. Ia tertangkap dan dipenjarakan. Dia melarikan diri lagi
di tahun 1845, Selama lima belas tahun ia mengembara di seluruh negeri dalam
mencari seorang guru. Pada 1860, ia menemukan guru dan mentor Swami Virjanand
Saraswati di Mathura. Dia buta.
Dayananda
Saraswati menghabiskan hampir dua puluh lima tahun, 1845-1869, sebagai seorang
pertapa mengembara, mencari kebenaran agama. Seorang pertapa adalah seseorang
yang menyerah barang material dan menjalani kehidupan penyangkalan diri, yang
ditujukan untuk hal-hal rohani. Dia tinggal di hutan, di retret di Pegunungan
Himalaya, dan di sejumlah situs ziarah di India utara. Selama tahun ini
Dayananda Sarasvati mempraktekkan berbagai bentuk yoga. Birajananda percaya
bahwa Hindu telah menyimpang dari akar sejarah dan bahwa banyak dari praktik
telah menjadi tidak murni. Dayananda Saraswati menjalani pelatihan ketat di
bawah Swami Virjanand Saraswati. Virjanand Saraswati memberinya Dayananda nama
dan sebagai guru dakshina diekstraksi janji dari Dayananda bahwa ia akan
mengabdikan hidupnya untuk kebangkitan Hindu.
Dayanand
Saraswati melakukan tur seluruh daerah, membuat pidato berapi-api mengutuk
sistem kasta, penyembahan berhala, dan perkawinan anak. Dia menganjurkan usia
ideal untuk seorang gadis menjadi antara 16 dan 24, dan bagi pria antara 25 dan
40. Dayanand Saraswati adalah pemimpin pertama dalam bidang teologi yang
menyambut kemajuan ilmu dan teknologi. Baginya, Veda sebagai buku sumber
mengandung benih ilmu pengetahuan, dan kepadanya, Veda mendukung filsafat
realisme dinamis.
Dayanand
Saraswati didirikan Arya Samaj di Mumbai pada tahun 1875 untuk mempromosikan
pelayanan sosial. Arya Samaj, mendalilkan dalam keadilan prinsip yang sama bagi
semua orang dan semua bangsa, bersama-sama dengan kesetaraan gender. Ini
repudiates sistem kasta turun-temurun, dan hanya mengakui profesi atau serikat,
sesuai dengan bakat pelengkap laki-laki dalam masyarakat. Dia mengutip Veda dan
teks-teks agama lainnya yang isinya bersikeras bahwa keselamatan bukan hanya
moto Hindu atau Arya, seperti yang diyakini. Untuk menjalani kehidupan duniawi
berbuah, bekerja untuk sebuah tujuan mulia itu penting, dan ia berkhotbah bahwa
keselamatan adalah mungkin melalui pelayanan sosial.
Karena
pemikiran yang radikal, Swami Dayananda telah mengakui sisi musuh dari semua
bidang kehidupan. Pada kesempatan Deepavali pada tahun 1883, ia adalah seorang
tamu dari maharaja dari Jodhpur. The Maharaja sangat ingin menjadi muridnya dan
belajar ajaran-ajarannya. Suatu hari Dayananda pergi ke kamar kecil Maharaja
dan melihat dia dengan seorang gadis bernama tari Nanhi Jan Dayananda berani
meminta Maharaja untuk meninggalkan gadis dan semua tindakan tidak etis dan
mengikuti dharma seperti Arya benar.
Saran Dayananda yang membuat tersinggung gadis
tari dan dia memutuskan untuk membalas dendam. Dia menyuap juru masak Dayananda untuk meracuninya. Saat
tidur, juru masak membawakan segelas susu yang mengandung racun dan kaca bubuk.
Dayananda minum susu dan pergi tidur hanya untuk bangun kemudian dengan sensasi
terbakar. Ia segera menyadari bahwa ia telah diracuni dan berusaha untuk
membersihkan sistem pencernaan nya zat beracun, tapi itu terlambat. Racun telah
memasuki aliran darah. Dayananda terbaring di tempat tidur dan menderita sakit
luar biasa. Banyak dokter datang untuk memperlakukan dia tapi semua itu
sia-sia. Tubuhnya ditutupi seluruh dengan luka pendarahan besar. Pada melihat
ini Dayananda menderita, juru masak merasa bersalah dan penyesalan yang tak
tertahankan, kemudian dia mengakui kejahatannya ke Dayananda. Di ranjang
kematiannya, Dayananda memaafkannya dan memberinya sekantong uang dan
menyuruhnya untuk melarikan diri ke kerajaan supaya ia dapat menemukan dan
dieksekusi oleh pria Maharaja. Swami Dayananda Saraswati menghembuskan nafas
terakhir meneriakkan "Om".[13]
b.
Ramakrisna Paramahamsha
Ramakrisna Paramahamsha (1834-1886), adalah seorang imam di Calcutta yang
mengalami bahwa tidak ada perbedaan antara dirinya dengan Tuhan. Hanya Tuhan
ada padanya dan tidak ada yang lain. Ia dapat belajar tentang agama Islam dan
Kristen dan ia mengklaim bahwa perbedaan agama hanyalah merupakan perbedaan
cara dan jalan menuju Tuhan.[14]
Nama kecilnya Ramakrisna Paramahamsha adalah Gadahar Chattopadyay. Dia berasal dari keluarga Brahmana di desa
kamarmukur, Benggal, Pada usia 20 tahun dia menjadi Pujari (Sejenis Pemangku) di
sebuah kuil. Ramakrishna adalah seorang revivalis yang lahir dalam kalangan tradisi,
bukan dari pendidikan modern. Namun, dia mengakui bahwa dalam meditasinya telah
berhasil merealisasikan berbagai wujud Tuhan seperti, Krishna, Rama, Yesus, dan
lain-lain (Sharma, 2002:284). .[15]
Ajaran-ajaranya itu berpangkal pada bermacam-macam kepercayaan yang ada. Yang sebenarnya menuju pada satu tujuan perealisasian Tuhan.[16]
Ajaran-ajaranya itu berpangkal pada bermacam-macam kepercayaan yang ada. Yang sebenarnya menuju pada satu tujuan perealisasian Tuhan.[16]
Keyakiana ini baginya bukan hanya suatu ajaran yang di dapat ole akalnya, melainkan suatu
keyakinan yang dilahirkan oleh pengalaman.[17]
Gerakan Ramakrishna Mission juga mengajarkan paham :
·
Paham monisme absolut dan memandang dunia sebagai ilusi atau maya
·
Mengakui Brahma adalah nyata, dan merupakan wujud mutlak atau Tuhan yang impersonal.[18]
Memahami pemikiran Ramakrishna
merupakan suatu usaha yang cukup sulit karena dapat keliru dalam menanggapiarah
yang sebenarnya. Pemikirannya lebih bersifat intuitif dari pada intelektual,
sehingga kalau hanya menekankan pada segi intelektualnya saja, maka ibarat
orang pergi ke kebunbuah-buahan bukan untuk memakan buahnya tetapi hanya
berspekulasi menghitung-hitung cabang masing-masingpohon dan daun pada setiap
cabang tersebut.[19]
Keyakinan Ramakrishna adalah
persaudaraan yang Universal (Tatawa asih) dan Tuhan semesta.
Sri Ramakrisna adalah orang
tulen, yang sudah bertahun-tahun sebagai Bhakta memuja Ibu ilahi di kuil
Daksinaswar, di dekat Calcutta. Sesudah itu ia mulai dengan memberitakan agama
Hindu yang dimurnikan dan mengumpulkan beberapa murid yang dengan rajin
meneruskan ajaranya.
Murid-murid ini mempergunakan
cara misi atau zending. Mereka mendirikan gedung-gedung sekolah, rumah sakit,
dan poliklinil-poloklinik, serta mrnggambarkan agamanya dengan surat selebaran
dan bacaan-bacaan lainya.
Tujuan Ram Krisna Mission ialah
untuk membersihkan Hindu agar orang Hindu jangan menjadi Kristen.
Murid Sri RamaKrisna yang
paling terkenal adalah Swami Vivekananda. Ia mencoba memberikan keterangan
yang modern terhadap agama Hindu.[20]
c.
Swami Vivekananda
Swami
Vivekananda (1843-1902) adalah
Penerus dari
Ramakrishna Paramahamsa yang Lahir dari
keluarga Ksatrya dengan nama kecil Narendra. Kehidupannya terbilang cukup
singkat karena dia meninggal di usia 39 tahun (1.863 M–1.902 M). Swami
Vivekananda adalah pendiri Wedanta Samaj dan Ramakrishna Mission (1.897 M). Vivekananda
mendapatkan pendidikan berbahasa Inggris dan mempelajari berbagai macam aliran
filsafat, baik barat maupun timur. Kecerdasan dan keberanian
telah mengantarnya ke konferensi agama-agama (All Word Religious Conference) di
Chicago dan berpidato di sana, pada tahun 1.893 M. Pidato ini menjadi rujukan
untuk memahami ide-ide Swami Vivekananda tentang agama.
Swami Vivekananda mengajarkan ajaran
Neo Hinduisme untuk meninggalkan semua takhayul. Ajaran agama yang harus
diikuti adalah ajaran yang rasional (Vedantic Doctrine). Bagi Vivekananda,
kepercayaan kepada dogma-dogma agama adalah yang nomor dua, karena pelayanan
dan pengabdian kepada sesama lebih utama dari itu (Rajeev, 1990:39; Grover,
1998:389; Sharma, 2002:285). Dia adalah pengikut fanatik ajaran Karma Marga.
Menurutnya, setiap orang akan menjadi suci apabila orang mempersembahkan
dirinya sendiri kepada Tuhan berdasarkan cinta kasih dan melayani sesamanya
dengan penuh kasih sayang. Spiritualitas lebih penting dari upacara agama.
Seperti juga gurunya, Vivekenanda meyakini bahwa semua agama (Sarwa Dharma atau
The Truth of All Religions) mengajarkan jalan untuk bersatu dengan Tuhan.[21]
Karma-yoga atau pelayanan tanpa mengharpakan upahnya, adlah persiapan yang terbaik
guna memimpin jiwa kepada tujuanya. Oleh karena itu musuh yang terbesar bagi
kerohanian aialah permusatan perhatian kepada dirinya sendiri. Aku manusia
harus ditaklukan kepada pelayanan yang menyangkal diri sendir. Tuhan silayani
di alam orang-orang yang sengsara dan yang di injak-injak. Vivekananda
memeberitakan : “satu-satunya Tuhan yang saya percaya ialah jumlah dari
keseluruhan jiwa, bahkan lebih dari itu, saya percaya kepada Tuhanku, yang
terdapat pada orang-orang jahat, orang-orang yang sengsara, orang-orang yang
miskin dari segala bangsa”. Itu dalah berita keselamatan yang dibawa Ramakrisna
bersama-sama dengan para pengikutnya.[22]
Swami
Vivekananda juga seorang tokoh terbesar yang sangat berpengaruh dalam
“mendinamiskan agamaHindu”. Ia menafsirkan ajaran Advaita dengan tafsiran yang
mampu membawa kebangkitan agama Hindudengan menekankan pada nasionalisme
dan usaha-usaha kemasyarakatan. Dia juga mengatakan bahwa India memerlukan otot
dari baja, yang hanya dapat tercapaikalu cita-cita Advaita, cita kesatuan,
dapat dimengerti dan terwujud. Mengenai brahman, vivekananda memebrikan
pengertian yang kemudian merupakan suatu permulaan bagi suatu agama baru.
Interprestasinya sangat berpengaruh di kalanagan bangsa India. Dimana tafsiran
Advaita itu selanjutnya mengatakan bahwa Tuhan dan tanah air India adlah satu;
membebaskan tanah air adalah juga membebaskan tuhan. Dan konsep maya, menurut
dia, bukanya memberikan pengertian ilustrasi semata, tetapi melalui maya justru
dapat dimengerti “realitas” yang sesungguhnya sehingga menjadi jelas bahwa
Advaita bukan bersifat pasif tetapi sebaliknya, bersifat aktif. Brahma itu
sendiri menurut Swami Vivekananda adalah nyata. Dengan demikan dapat dikatan bahwa
gerakan ini sebenarnya bukan merupakan keagamaan saja, tetapi juga merupakan
gerakan kebangsaan India.[23]
VIII.
AJARAN-AJARAN GERAKAN ARYA SAMAY
Ajaran
pokok bagi Arya Samaj adalah untuk mengembalikan dan memperbaiki agama Hindu untuk memperkuat teknologi modern
di India dan menolak dominasi
Barat. Baik dalam dalam bidang pemikiran, agama, moral, maupun dalam politik.
Ajaran
pokok untuk menjadi seorang anggota Arya Samay, harus memperhatikan dan memenuhi sepuluh ajaran yaitu:
1) Tuhan adalah sebab pertama dari segala ilmu pengetahuan yang benar dan segala sesuatu
yang dikenal nama-Nya.
2)
Tuhan adalah segala kebenaran, segala pengetahuan, segala sikap perbuatan. Tuhan berdiri sendiri, tidak bergantung pada apapun. Tuhan mahabesar,
adil, mahakasih, tidak diperanakkan,
tidak terbatas, tidak berubah-ubah, tanpa permulaan, tidak dapat diperbandingkan,
sumber dari segala kekuatan, meliputi segala sesuatu, mahatahu, tidak akan musnah,
kekal abadi, bebas dari rasa takut, mahasuci, dan merupakan sebab dari alam semesta.
Hanya kepada-Nyalah sesembahan diberikan.
3)
Weda adalah kitab pengetahuan yang benar dan orang-orang
Arya wajib membacanya, wajib mendengarkannya dengan baik pada waktu kitab tersebut
dibaca, wajib mengajarkan dan mengembangkannya kepada orang lain.
4) Orang harus menerima kebenaran dan menolak yang tidak benar.
5) Segala perbuatan hanya dilakukan dengan mengharapkan kebaikanya semata dan harus dilakukan setelah mempertimbangkan baik buruknya terlebih dahulu.
6) Tujuan utama dari Samaj adalah berbuat baik dan melakukan kebaikan di dunia dengan meningkatkan perbaikan jasmani,
rohani dan keadaan
social manusia.
7) Segala sesuatu harus dinyatakan dengan
rasa cinta kasih, adil, dan menjungjung tinggi kebaikan.
8) Ketidak-tahuan harus dihilangkan dan pengetahuan yang benar harus diresapi.
9) Tidak seorang pun berpendapat bahwa dirinya saja yang baik. Orang harus menghargai kebaikan orang lain.
10) Menjunjung tinggi yang bermanfaat bagi keadaan
social seluruh masyarakat dan tidak boleh memperturut diri mencampuri
orang
lain; akan tetapi dalam masalah pribadinya seseorang boleh berbuat bebas.[24]
IX.
KEBAKTIAN
ARYA SAMAJ
Kebaktian yang dilakukan pada hari Minggu gerakan ini barang kali agak terpengaruh oleh agama Kristen.
Kebaktian
itu dilakukan dengan menyanyikan kidung-kidung, doa-doa,
khotbah, ibadat korban sebagaimana yang diajarkanWeda. Organisasi gerakan ini sangat
kuat dan memiliki sikap anti asing atau Kristen yang sangat kuat. Tetapi dalam hubungannya dengan
Islam, gerakan ini mampu hidup bersama-sama
untuk jangka waktu yang cukup lama[25]
X.
KEYAKINAN GERAKAN ARYA SAMAJ
Gerakan
ini menyakini bahwa kitab Weda adalah Abadi dan merupkan dasar dari agama
hindu, akan tetapi menafsirkannya
sedemikian rupa sehingga kadang-kadang dianggap tidak beralasan oleh
orang-orang Hindu yang beraliran ortodoks (terutama dikalangan Shanata
Dharmis). [26]
XI.
KESIMPULAN
Gerakan Arya Samaj adalah sebuah sekte reformasi yang
kuat dan modern, dimana agama Hindu ini tidak hanya menyentuh aspek kerohanian
manusia saja, melainkan sudah menjadi pandangan hidup, nafas kebudayaan dan
landasan struktur kemasyarakatan. Dimana pengaruh Barat hadir dengan corak teologi yang sepintas lalu menjadi
religiositas dan budaya hindu.
Pada masa gerakan
arya samaj ini, ajaran-ajaranya di pandang sebagai
ajaran yang mengenai ketentraman
jiwa yang paling tinggi, manusia yang telah sadar akan kesatuannya dengan Allah
akan dilepaskan dari segala hawa nafsu dan keinginannya akan aman.
Kepercayaan aliran
ini Selain kitab Weda, Hinduisme juga sangat menghargai hasil kesusasteraan
yang termaktub dalam kitab Ramayana dan Mahabarata, dimana keduanya
mengungkapkan perihal nilai perjuangan menegakkan kebenaran. Ramayana adalah
hasil karya Walmiki yang mengemukakan peranan Rama dan Sinta dalam menghadapi
keangkaramurkaan Rahwana; sedangkan Mahabarata hasil tulisan Wiyasa menampilkan
peranan Pandawa melawan kejahatan Kurawa.
Dan gerakan modern ini muncul untuk melawan kristenisasi
di India dan juga pengaruh Barat lainya.
DAFTAR
PUSTAKA:
Achmadi,
Asmoro, Filsafat Umum,Pt Grafindo Persada, Jakarta, 2010
Ali, Matius, Filsafat
India sebuah pengantar & Buddhisme,
Tangerang, Sanggar Luxor, 2010
Ali, Mukti, Agama-agama
Dunia, IAIN Sunan Kalijaga
Press, Yogyakarta, 1988
Aritonang, Jan s, dan Jonge, De, Apa dan Bagaimana
Gereja? Pengantar sejarah eklesiologi,
BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2009
Hadiwijono,
Harun, Agama Hindu dan Buddha, Jakarta, PT BPK Gunung Mulia, 2010.
Hadiwijono,Harun,
Sari Filsafat India, PT BPK Gunung Milia, Jakarta, 1989
http://dharmavada.wordpress.com/2009/11/13/sajak-%E2%80%93-sajak-swami-vivekananda/#more-270
http://www.padmabhuana.com/Evolusjai-Agama-Hindu-di-India-dan-Budayanya.html
Buku
"Vedabhasya" (komentar
veda) yang isinya membahas tentang berbagai topik seperti
realisasi Tuhan, Vedanta, Kristen dan Islam, perang dan perdamaian, dan India
destiny,dengan Ajaran yang menegaskan bahwa dunia ini
adalah nyata dan bahwa ada perbedaan kekal dan abadi antara jiwa individu dan
Tuhan.
[3]
Dhurorudin Mashad, Muslim di India, (Jakarta, Pecil-324, 2006),h.4
[4] Mendiskreditkan
yaitu: mengesampingkan
[5] Mengkonversi
yaitu: menggabungkan
[8]Matius Ali,
Filsafat India sebuah pengantar Hinduisme & Buddhisme,( Sanggar Luxor, Tanggerang, 2010), h. 26-27
[9] Inklusifis yaitu percaya akan kebenaran Agamanya,
namun tidak menutup kemungkinan untuk menerimakebenaran dari agama lain yang
bersifat terbuka dan tidak fanatik. Lawan dari inklusifisme adalah eklusifisme,
yaitu hanya mengakui kebenaran agamanya saja dan menolakkebenaran agama lain
yang bersifat tertutup dan fanatik.
[10] De jonge dan Jan s. aritonang, Apa dan Bagaimana
Gereja? Pengantar Sejarah Eklesiologi, (Jakarta, BPK Gunung Mulia, 2009),
h. 71
[13] http://www.internationalpeaceandconflict.org/profiles/blogs/swami-dayanand-saraswati-arya-samaj-and-mahatma-gandhi?xg_source=activity
Aum atau Om,bagi Arya sanaj
dianggap menjadi nama tertinggi dan paling tepat dari Allah.
[14] Konrad kebung, (Filsafat Berfikir Orang Timur
{Indonesia, Cina dan India} ), Jakarta. PT.prestasi Pustaka Kasih, h.118
[16]Matius Ali, Filsafat India sebuah pengantarHinduisme&Buddhisme,(Sanggar Luxor,Jakarta 2010), h. 28
[17] Harun Hadiwijono, Sari
Filsafat India, (PT BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1989), h. 105
[26] ibid, h. 90
REVISI
Gerakan Keagamaan Dalam
Agama Hindu Di Pengaruhi Agama KriSTEN
Oleh
:
Siti
Nurhayati
(1111032100043)
I.
PENDAHULUAN
Agama Hindu, yaitu agama yang berkembang sampai
dewasa ini di India. Hinduisme sesungguhnya agama Brahma yang sudah bercampur dengan anasir-anasir
agama Budha, Yaitu kebudayaan Dravida
dan filsafat-filsafat India.[1]
Pada awalnya bangsa India amatlah besar pemikiran-pemikiran filsafat India.
Namun, sesudah abad ke-14 filsafat India mulai mundur. Pemikiran sendiri
menjadi mandul. Tokoh-tokoh yang hanya setengah saja telah puas dengan
menirukan gema-suara zaman yang lampau. Keadaan yang demikian itu
berlarut-larut hingga akhir abad ke 18. Pada waktu itu timbullah kemungkinan
serta awal perkembangan baru. Hal ini disebabkan karena pertemuan pemikiran
India dengan kebudayaan Barat. Kedatangan kebudayangan Barat menimbulkan reaksi
yang hebat dari pihak pikir India.[2]
Agama Kristen
masuk India pada abad ke-19. Dari sinilah pertemuan antara agama Hindu dengan
agama Kristen yang menimbulkan gerakan-gerakan. Gerakan-gerakan tersebut yang melatar belakangi penulis menulis
makalah sejauh pemahaman pemakalah dari
sumber yang tersedia.
II. LATAR BELAKANG SOSIAL POLITIK, DAN KEAGAMAAN
Dalam bagian pertama kita sudah terangkan bahwa dari pada permulaan
tarich Masehi sampai abad ke-4 perhubungan dasar antara kerajaan Romawi dan
benua Timur (Iran dan India) bertambah luas. Perhubungan itu sebagai mana kita
tahu mulai terbuka sejak penyerbuan Iskandar Zul Karnain ke india Utara.
Setelah bangsa Arab dalam Abad ke-7 dan ke-8 merebut tanah Mesir dan
Iran, maka perhubungan yang langsung antara Eropa dengan India terputus. Sejak
itu perniagaan dengan daerah Timur pindah ketangan orang Arab. Perjalanan
dagang itu melalui teluk Persia atau teluk Kolzum. Saudagar-saudagar di Eropa
menerima barang dari Timur dipelabuhan-palabuhan dilaut tengah, yang dujual
mereka dipasar-pasar diEropa Tengah dan Utara. Yang memegang monopoli dagang
itu mula-mula ialah saudagar-saudagar Italia dari Venezia dan Genova.[3]
Pada tahun 1498, seorang berbangsa Portugis, Vasco dan Gama mendarat di
Pantai Kerala dan berhasil menanamkan pengaruh portugis di Goa pada tahun 1510.
Mengingat Portugis tidak memiliki sumberdaya yang mencukupi untuk
mempertahankan daerah jajahannya, maka kekuasaannya berangsur-angsur digantikan
oleh bangsa Eropa lainnya, yaitu Inggris, Spanyol, Belanda dan Perancis.
Inggris mulai memasuki India melalui British East Indian Company
dan berhasil membuka pelabuhan-pelabuhan dagang di Madras (1640), Bombay/Mumbay
(1668) dan Calcuta (1690).
Kekuasaan Inggris yang semula lebih bersifat dagang, kemudian mulai
melakukan penguasaan secara fisik dan politis mencapai puncaknya dalam
pertempuran Buxar pada tahun 1756 melawan para raja India. Kemenangan dalam
pertempuran tersebut memberikan Inggris kekuasaan atas daerah-daerah Benggala,
Bhar dan Orissa yang kemudian dalam waktu kurang dari setengah abad disusul
dengan kekuasaan atas bagian-bagian lain India. Pada tahun 1842, pemerintah
Inggris mengambil alih atas kekuasaan atas India dari British East
Indian Company dan dengan demikian secara mutlak menancapkan
kekuasaannya atas India. Inggris selanjutnya menempatkan seorang Gubernur
Jendral di India sebagai wakil Mahkota dan pemerintahannya.[4]
Perlawanan terhadap penjajahan Inggris diawali pada akhir abad 19, ketika
Mahatma Ghandi kembali dari Afrika Selatan dan partai Konggres di bentuk
(1887). Selama kurang lebih setengan abad lamanya , gerakan ke merdekaan india
menuntut ke merdekaan penuh untuk ke merdekaan India. Pemempin –pemimpin
terkenal dalam gerakan ini antara lain Mahatma Ghandi , Pandit jawa harlal
nehru dan muhamad ali Jhinnah .Pada tahun 1935 ,Inggris mengumumkan apa yang di
nama kan The Government of India AcT yang merupakan undang –undang Dasar untuk
pemilihan Dewan Perwakilan di provinsi-provinsi. Banyak kedudukan dalam DEWan
–DEWan tersebut di Menangkan oleh Partai kongres dan Liga Muslim[5]
Pada tahun 1940 , untuk pertama kalinya Liga Muslim menuntut satu negara
khusus untuk orang –orang Islam .Liga Muslim khawatir bahwa rencana kemerdekaan
india akan memberikan orang-orang Hindu kekuasaan yang terlalu banyak atas
warga Muslim . menjelang berakhirnya Perang Dunia II, tuntutan kemerdekaan makin didesakkan kepada pemerintah Inggris
yang menghasilkan dibentuknya suatu negara tersendiri bagi penduduk Islam di
India .Bulan Maret 1947,Inggris mengumumkan Partition Plan untuk
memisahkan 2 komunal Muslim dan Hindu di India .Pada Tanggal 3 juni 1947 ,
Pemerintah Inggris membebaskan Pakistan sebagai negara baru bagi ke lompok
Muslim . Tanggal 1 juli 1947, Parlemen Inggris menyetujui The India Independence Act sebagai
landasan proklamasi ke merdekaan India ,yang di lanjutkan dengan pengalihan ke
kuasaan pada Tanggal 5 Agustus 1947.[6]
II.
GERAKAN BRAHMA SAMAY, TOKOH DAN AJARANNYA
sGerakan Brahma
Samay merupakan gerakan pembaharuan Hinduisme sebagai reaksi dari pengaruh
agama Kristen.[7]
Gerakan ini menolak politeisme, pemujaan petung-patung, korban binatang,
menghancurkan dihapuskannya praktek sati (pembakaran janda), perkawinan
anak-anak dan menolak praktek poligami.
Gerakan ini
didirikan di Bengala. Tokoh-tokohnya yang sangat terkenal adalah Ram Mohan Roy (1774-1833), Davendranath Tagore (1817-1905), dan Keshab Chandra Sen (1838-1884).
Tokoh-Tokoh
Brahma Samay
A. Ram Mohan Roy
Ram
Mohan Roy adalah seorang pembaharu agama, sosial, pendidikan India yang
menentang budaya tradisi Hindu dan menunjukan garis kemajuan bagi masyarakat
India dibawah kekuasaan Inggris. Ia juga merupakan seorang cendekiawan ahli
arab dan persi. Karya pertamanya berjudul Tuhfat
al-Muwahhidin yang dituliskan dalam bahasa Arab dan Persia, ia juga
mempelajari bahasa sansekerta terutama untuk mempelajari agama Hindu. Bahasa
Inggris dipelajarinya karena kaitannya dengan East Indian company. Bahasa Yunani dan bahasa Ibrani dipelajarinya
dari misi Serampone de dekat kalkuta. Ram Mohan Roy sering disebut sebagai
bapak modernisasi semacam deisme rasionalis.[8]
Setiap hari
Sabtu Brahman Samay mengadakan pertemuan yang disusun seperti kebaktian orang
kristen pada hari Minggu. Pertemuan itu dibagi menjadi empat bagian, yaitu
membaca ayat-ayat dari sukta-sukta weda, sesudah itu dibacakan bagian-bagian
dari kitab Upanisad, yang diterjemahkan kedalam bahasa Benggala. Lalu, diadakan
khotbah dalam bahasa Benggala dan akhirnya dinyanyikan nyanyian-nyanyian yang
diiringi dengan musik. Kumpulan ini dipimpin oleh seorang Brahman. Akan tetapi
Ram Mohan Roy menentang ajaran Trinitas. Ia melindungi agama Hindu menghadapi
polemik para penulis Kristen yang tidak jujur. Ia juga menentang adanya praktek
sati (pembakaran janda) dan perkawinan anak-anak.
Ram Mohan Roy
memiliki ide tentang adanya satu agama yang bersifat semesta yang suatu saat
nanti tentu akan diterima oleh seluruh umat manusia. Agama “semesta” ini
haruslah agama yang dapat diterima bersama dan ajaran-ajarannya juga harus
merupakan milik bersama, dengan meniadakan segi-segi yang bersifat memecah. Ia
berkeyakinan bahwa “tuhan” yang benar adalah
merupakan bagian dan milik agama yang dimaksud. Tekanan satunya agama secara
mendasar ini merupakan ajaran Ramakhrisna, Vivekananda, Tagor, dan
Radakrishnan, sungguhpun “sama” dan “satu”nya pada dasarnya berbeda juga.[9]
B. Devendranath Tagore
Devendranath
Tagor adalah ayah dari penyair Bengali yang sangat terkenal, Rabindrananath
Tagore. Ia menggantikan Ram Mohan Roy sebagai pemimpin gerakan Brahman
Samay, dan melanjutkan usahanya, yaitu menentang keras penggunaan patung-patung
dalam peribadatan. Ia sangat waspada dan hati-hati terhadap ajaran agama
Kristen yang mengaburkan transendensi Tuhan melalui inkarnasi, juga terhadap
pengaruh “advaita” yang dapat mengaburkan dan membuyarkan perbedaan
antara penyembah dengan yang disembah. Ia berusaha memperteguh monoteisme
dengan menerbitkan ontologi kitab-kitab Upanisad yang dianggap mendukung
monoteisme. Hal ini yang dimaksudkan
dengan Brahma-Dharma.[10]
Dalam
perkembangan yang demikian, karena pertemuan gerakan ini sering diadakan hampir
setiap minggu sekali, maka tahun 1834 ia menganggap perlu mengadakan suatu
organisasi srtuktural yang memiliki daftar nama para pengikutnya, yang disebut
dengan “Prasetya Brahma” (dalam literatur Barat sering
ditemukan dengan sebutan “Brahman
Covenant”). Organisasi ini menolak patung-patung dalam peribadatan dan
hanya menyembah Tuhan karena cinta dan
pengabdian semata. Bagi dia, yang penting adalah doa dan puja dengan khusyuk
dan taat sepenuhnya dan inilah yang sebenarnya dimaksud dengan hubungan
langsung dengan Tuhan. Dibandingkan dengan Ram Mohan Roy, Devendranath sering
dinilai kurang rasionalis.[11]
C.
Keshab Chandra Sen
Keshab Chandra
Sen adalah seorang filsuf India dan pembaharu sosial yang berusaha untuk
menggabungkan teologi Kristen dalam kerangka pemikiran Hindu. Ia aktif dalam
gerakan Brahma Samay sejak tahun1857.
Ia berpendapat bahwa yang terpenting dari ajaran tentang ” Brahma”
adalah konsepsi tentang “kebapaan Tuhan” dan “keputraan Manusia” Pemikirannya sering dinilai kurang theologis.
Bahkan dalam perkembangan selanjutnya Keshab mengajarkan konsep keagamaan yang
kurang bersifat Hindu lagi. Tetapi sebaliknya, lebih mengembangkan konsep
keagamaan yang agak kekristenan. Pada masanyalah muncul suatu gerakan yang
disebut Adi Brahma Samaj. Juga pada masanya gerakan Brahma Samaj mencapai
puncak tetapi sekaligus menurun. Pada 1879, ia mengajarka semacam “takdir baru”
yang dianggapnya melebihi apa yang pernah ada pada agama Yahudi dan Kristen.
Akhirnya hal ini membawa kepada suatu perpecahan yang tidak dapat terhindari
lagi. [12]
Ajaran
Gerakan Brahma Samay
Beberapa inti Ajaran
dari gerakan Brahman Samay, adalah sebagai berikut:
a. Bahwa weda
merupakan satu-satunya kitab suci sebagai dasar iman.
b. Tuhan adalah
zat yang berpribadi dan tidak pernah meniti, Maha Mendengar,dan
mengabulkan doa.
c.
Menyembah Tuhan harus dilakukan dengan secara rohani
d.
Jalan kelepasan untuk memperoleh keselamatan dilakukan dengan cara tobat serta
menghentikan perbuatan dosa.[13]
III.
GERAKAN RAMAKRISNA MISSION DAN AJARAN-AJARANNYA
Pergerakan ini dimulai oleh Sri Ramakrisna (1836-1886) dan penyebarannya
dilakukan oleh muridnya yang dinamis, yaitu Svami Vivekananda. Beberapa murid –
muridnya yang rajin meneruskan ajarannya ini mempergunakan cara misi atau
Zending. Mereka mendirikan gedung-gedung sekolah, rumah sakit, dan
poliklinik-poliklinik,serta menggambarkan agamya dengan surat-surat selebaran
dan bacaan-bacaan lainnya.
Tokoh-tokohnya adalah sebagai
berikut:
a. Sri Ramakrisna
Ramakrisna Paramahamsa
(1834-1886) atau (1836-1866 M.) nama
kecilnya adalah Gadahar Chattopadyay. Dia berasal dari keluarga Brahmana di
desa kamarkur, Benggal. Pada usia 20 tahun ia menjadi seorang Imam Kuil di Calcultta,
ajaran-ajaranya itu berpangkal pada bermacam-macam kepercayaan yang ada. Yang
sebenarnya menuju pada satu tujuan perealisasian Tuhan.[14]
Ia merupakan orang Hindu tulen, yang
sudah bertahun-tahun menjadi Bhakta memuja Ibu Ilahi di kuil Daksimaswar, di
deket Kalkuta. Sesudah itu ia mulai memberitakan agama Hindu yang dimurnikan
dan mengumpulkan beberapa murid yang dengan rajin meneruskan ajarannya. [15]
Memahami pemikiran Ramakrisna merupakan suatu usaha yang cukup sulit
karena dapat keliru dalam menanggapi arah yang sebenarnya. Pemikirannya lebih
bersifat intuitif dari pada intelektual. Sehingga kalau hanya menekankan pada
segi intelektualnya saja, maka ibarat orang pergi kekebun buah-buahan bukan
untuk memakan buahnya tetapi hanya untuk berspekulasi menghitung-hitung cabang
masing-masing pohon dan daun pada setiap cabang tersebut.
Dia juga menggunakan kiasan-kiasan dan perumpamaan-perumpamaan dalam
mengemukakan pendapat-pendapatnya dan tidak mengunakan terminologi filosofis
yang bersifat teknis. [16]
b.
Svami Vivekananda
Svami Vavekananda adalah tokoh yang terbesar yang sangat berpengaruh
besar dalam “mendinamiskan agama Hindu”. Ia merupakan murid Ramakrisna yang
menyebarkan ajaran Ramakrisna Mission. Ia pernah menghadiri parlemen
agama-agama Dunia di Chicago.
Ia menafsirakan ajaran advaita dengan tafsiran yang mampu membawa
kebangkitan agama Hindu dengan menekankan pada nasionalisme dan usaha-usaha kemasyarakatan. Dia mengatakan bahwa
India memerlukan otot dari baja, yang hanya dapat tercapai kalau cita-cita advaita,
cita kesatuan dapat dimengerti dan terwujud. Mengenai Brahman,
Vivekananda memberikan pengertian yang kemudian merupakan suatu permulaan bagi
suatu agama baru. Interprestasinya sangat berpengaruh dikalangan bangsa India.
Tafsiran Advaitanya itu selanjutnya mengatakan bahwa Tuhan dan tanah air India
adalah satu; membebaskan tanah air adalah juga membebaskan Tuhan. Konsep maya
menurut dia, bukannya memberikan pengertian ilusi semata, tetapi melalui maya
justru dapat dimengerti “realitas” yang sesungguhnya sehingga menjadi
jelas bahwa advaita tidak bersifat pasif tetapi sebaliknya, bersifat
aktif. Brahma itu sendiri bersifat nyata. Dengan demikian dapat dinilai
bahwa gerakan ini bukan merupakan
gerakan keagamaan saja, tetapi juga merupakan gerakan kebangsaan India.[17]
Ajaran-ajaran Gerakan Ramakrisna
Mission
Gerakan ini mengajarkan
paham monoisme absolut. Memandang dunia sebagai ilusi atau maya, serta mengakui
bahwa Brahman adalah nyata dan merupakan wujud mutlak atau Tuhan yang
Impersonal. Dan mempublikasikan tentang agama dan kebudayaan India.[18]
IV. KESIMPULAN
Gerakan Brahma Samay merupakan gerakan pembaharuan Hinduisme sebagai
reaksi dari pengaruh agama Kristen. Dimana gerakan Brahma Samay ini bentak
menolak kebiasaan yanag ada di Zaman tersebut. Seperti politeis, pemujaan
patung-patung dan masih banyak lainnya.
Sebagai tokohnya yang sangat terkenal adalah Ram Mohan Roy. Banyak
ajaran-ajaran yang disampaikan oleh gerakan ini. Seperti: Bahwa weda adalah
satu-satunya kitab suci sebagai dasar iman.
Sedangkan Gerakan Ramakrisna Mission merupakan suatu gerakan yang lebih
menekankan kepada Zat Tuhan. Serta memberikan keterangan yang modern terhadap
agama Hindu. Namun dari kedua gerakan tersebut dapat dikatakan bahwa segala
perjuangan orang untuk meniadakan cacat agama Hindu itu sebenarnya dibangkitkan
oleh agama Kristen.
DAFTAR
PUSTAKA
Ali, Abdullah. Agama
Dalam Ilmu Agama. Bandung: Nuansa Aulia. 2007
Ali, Matius. Filsafat
India. Tanggerang: Sanggar Luxor. 2010
Ali, Mukti.
Agama - agama Di Dunia. Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press. 1988
Hadiwijono, Harun. Agama Hindu dan Budha. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia. 2008
Hadiwijono, Harun. Sari Filsafat India. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia. 1989
Mashad, Dhuroruddin. Muslim di India.
Jakarta: Pensil-324.2006
Thalhas. Pengantar
Study Ilmu Perbandingan Agama. Jakarta: Galura Pase. 2006
T.S.G. Mulia. India Sejarah Politik dan Kebangsaan.
Jakarta: Dinas Pemerintahan Balai Pustaka.1959
[1] Thalhas,
Pengantar Study Ilmu Perbandingan Agama,
(Jakarta: Galura Pase, 2006), h.55
[2]
Hadiwijono, Harun, Sari Filsafat India,
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989), h. 102
[3] T.S.G. Mulia. India Sejarah
Politik dan Kebangsaan. (Jakarta: Dinas Penerbitan Balai
Pustaka, 1959), h. 86
[4] Dhuroruddin Mashad. Muslim
di India. (Jakarta: Pensil-342, 2006), h. 4
[5] Dhuroruddin Mashad. Muslim
di India. (Jakarta: Pensil-342, 2006), h. 5
[7] Mukti, Ali. Agama-agama
di Dunia. (jogjakarta: IAIN Sunan Kalijaga press,1988), h. 88
[9] Mukti, Ali. Agama-agama
di Dunia. (Jogjakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press, 1988), h. 88
[10] Mukti, Ali. Agama-agama
di Dunia. (jogjakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press, 1988), h. 89
[11] Mukti, Ali. Agama-agama di
Dunia. (Jogjakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press, 1988), h. 80
[12] Mukti Ali. Agama-agama di Dunia (yogyakarta: IAIN Sunan
Kalijaga Press, 1988) h. 89
[13] Abdullah Ali. Agama Dalam Ilmu Perbandingan, (Bandung:
Nuansa Aulia,2007) h. 166
[14]Matius Ali, Filsafat India
sebuahpengantarHinduisme&Buddhisme, Sanggar Luxor, 2010, h. 28
[15] Harun Hadiwijono. Sari
Filsafat India. (Jakarta: Gunung Mulia, 1989) h. 105
[16] Harun Hadiwijono. Sari
Filsafat India. (Jakarta: Gunung Mulia, 1989) h. 106
[18] Mukti Ali. Agama-agama
di Dunia, (Jogjakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press. 1988), h
Tidak ada komentar:
Posting Komentar